KEDAHSYATAN RAHASIA UCAPAN


A.    PIKIRAN
v  Pandangan universal
Pikiran dengan Tuhan ibarat sinar matahari ke matahari. Pikiran tidak nampak, tidak berbentuk, ataupun berwarna. Pikiran hanya menujukan bahwa itu ada karena pikiran. Dengan cara yang sama Tuhan sulit untuk ditunjukan. Hanya ada satu Tuhan, Tuhan tidak bisa dijelaskan dan Tuhan harus dialami. Jadi kebenaran utama dari pikiran ini diakui sebagai Tuhan. Tuhan dapat datang dalam bentuk apapun. Kita bisa percaya Tuhan dalam bentuk apapun atau dalam formalitas apapun. Kunci utama dalam pemujaan adalah pikiran, bila pikiran sudah bisa dikendalikan kita bisa memusatkan pikiran kita kepada Tuhan baik yang abstrak ataupun yang berwujud. Svami Vivekananda mengatakan bahwa pikiran adalah perpustakaan terbesar di dunia, maka temukan Tuhan dalam pikiran. Pikiran juga menyimpan mujizat yang luar biasa, hingga orang – orang besar dunia mengatakan “apapun yang anda pikirkan, itulah yang akan terjadi”. Jadi gunakanlah pikiran untuk memikirkan Tuhan, niscaya kita akan bertemu dengan Tuhan. Dalam sarasmuccaya juga dijelaskan bahwa pikiran adalah sumber dari segala sesuatu, baik yang positif ataupun yang negatif. Berikut sloka yang menyebutkan hal tersebut yaitu pada sloka 79 dan 80

Kunang sangksepanya, manah nimittaning niscayajnana dadi pwang niscayajnana, lumekas tang ujar, lumekas tang maprawrtti, matangyan manah ngaranika pradhanan mangkana.
Maka kesimpulanya, pikiranlah yang merupakan unsur yang menentukan; jika penentuan perasaan hati telah terjadi, maka mulailah orang berkata atau melakukan perbuatan, oleh karena itu pikiranlah yang menjadi pokok sumbernya. (79)

Apan ikang manah ngaranya ya ika witning indriya maprawrtti ta ya ring subhaasubhakarma matangyan ikang manah juga prihen kahrtanya sakareng
Sebab yang disebut pikiran itu adalah subernya nafsu ialah yang menggerakan perbuatan yang baik ataupun buruk oleh karena itu pikiranlah yang segera patut diusahakan pengekanganya. (80)

Kedua sloka di atas sudah jelas dan gamblang tentang apa yang dimaksud dengan pikiran. Jadi dalam pemujaan seseorang harus mampu mengendalikan pikiran, yaitu hanya tertuju pada Tuhan, kembali pada smaranam yaitu selalu mengingat Tuhan dan kirtanam yaitu selalu menyebut nama Tuhan. Itulah cara mengendalikan pikiran.

v  Pandangan bhagawadgita
Catur yoga adalah inti sari dari ajaran Bhagawadgita. Artinya Bhagawadgita memberikan beberapa jalan untuk menuju Tuhan kepada seluruh manusia sesuai dengan tipe dan kecenderungan yang dimiliki oleh tiap manusia tersebut. Manusia yang memiliki tipe pekerja, aktif diberikan jalan karma yoga, manusia yang memiliki kecenderungan pencinta keindahan dan kelembutan diberikan jalan bhakti yoga, jnana yoga untuk manusia yang cerdas, pemikir, seperti halnya para filsuf, dan manusia yang senang mengidentifikasi dirinya sendiri, senang dengan mistik diberikan jalan raja yoga. Tuhan memberikan kebebasan dalam memilih jalan tersebut. Tetapi dalam perang bharatayudha arjuna menolak dengan cara yang diberikan Krsna (awatara Tuhan) yaitu tetang dhyana. Karena gejolak pikiran yang dihadapi arjuna tidak mampu ia kendalikan. Krsna mengajarkan bahwa dengan meditasi, yaitu duduk dengan posisi tegak, mata setengah terpejam, dan memusatkan pikiran pada Tuhan, akan membawa manusia kepada Tuhan (Bg. VI.13). Penolakan arjuna ini membuat Krsna berkata lembut kepadanya, “wahai kawanku, engkau juga bisa mencapai kebebasan karena engkau senantiasa berpikir tetang_KU”. Inilah pesan inti dari Bhagawadgita kepada umat manusia yaitu berpikir tetang Tuhan, atau sering disebut dengan smaranam yaitu selalu ingat kepada Tuhan. Dan bhagawadgita memberikan keterangan yang jelas tetang hal ini. Perhatikan sloka bhagawadgita berikut.

man-mana bhava mad-bhakto mad-yaji mam namaskuru
mam evaisyasi yuktvaivam atmanam mat parayanah
Berpikirlah tentang-ku senantiasa, jadilah penyembah-Ku, bersujud
kepada-Ku dan menyembah-Ku. Dengan berpikir tentang-Ku sepenuhnya
secara khusuk, pasti engkau akan datang kepada-Ku. (9.34)

Jelas sudah hal yang perlu dilakukan manusia untuk mencapai kebebasan, khusunya zaman kaliyuga seperti sekarang ini. Yaitu dengan berpikir tetang Tuhan, dan setelah dipikirkan maka sepatutnyalah mengumandangkan nama Tuhan sebagai wujud bhakti. Karena dalam bhagawadgita yang lebih ditonjolkan adalah jalan bhakti. Jalan bhakti adalah jalan yang paling sederhana dan yang paling mudah, dan hasilnya pun sama dengan jalan yang lain. Perhatikan sloka bhagawadgita berikut.

Samo ‘ham sarva bhutesu na me dvesyo sti na priyah
Ye bhajanti tu mam bhaktya mayi te tesu capy aham
Aku tidak iri kepada siapapun, dan Aku tidak berat sebelah kepada
siapapun. Aku bersikap yang sama terhadap semuanya. Tetapi siapapun
yang mengabdikan diri kepada-Ku dalam bhakti adalah kawan,
dia berada di dalam Diri-Ku, dan Aku pun kawan baginya. (9.29)

Dari sloka ini bhagawadgita menekankan kepada umat manusia untuk menggunakan jalan bhakti pada zaman kaliyuga ini. Dengan mengingat Tuhan dan mengucapkan nama – nama suci Tuhan (smaranam – kirtanam). Pengucapan nama – nama suci Tuhan ini disebut dengan japa.

B.     JAPA
Japa adalah pengulangan mantra suci atau nama Tuhan secara terus menerus. Japa sering disebut dengan kirtanam. Kirtanam dalam nawa wida bhakti terletak pada tingkatan ke dua setelah sravanam. Artinya, setelah seseorang sudah terbiasa mendengar nama – nama suci Tuhan, sudah seharusnya ia harus menyebut dan mengulang nama – nama suci Tuhan. Bhagawadgita menjelaskan bahwa japa juga merupakan yadnya yang tertinggi, yaitu pada Bhagawadgita bab X sloka 25.

maharṣīṇāṃ bhṛgur ahaṃ girām asmy ekam akṣaram
yajñānāṃ japayajñosmi sthāvarāṇāṃ himālayaḥ
Di antara para resi yang agung Aku adalah Bhrigu, di antara kata-kata Aku adalah satu patah kata OM, di antara yang dipersembahkan Aku adalah persembahan dalam bentuk japa (mengulang-ulang mantra atau puja-puji kepada Yang Maha Esa), di antara yang tak dapat dipindah-pindahkan Aku adalah Himalaya. (10.25)

Japa merupakan yadnya tertinggi. Alasan mengapa japa dikatakan yadnya yang paling tinggi karena sesuai dalam lingga purana bahwa semua yadnya lainya terlibat beberapa jenis ketidakadilan. Hanya japa yadnya sendirilah yang murni dan sederhana, khususnya apabila pengulangan mantra tersebut secara mental. Yang kedua, tujuan dari semua yadnya adalah perwujudan Tuhan, tetapi kebanyakan yadnya dilaksanakan guna pencapaian kebahagiaan duniawi yaitu pemenuhan dari keinginan. Tetapi pelaksanaan japa yadnya adalah tanpa keinginan dan pencapaian penerangan, yang dicapai secara berhasil dalam pengulangan mantra secara mental tersebut.
Japa dari sebuah mantra mengantarkan para praktisi pada realisasi tujuan tertinggi, walaupun ia tidak memiliki latar belakang pengetahuan terhadap makna mantra. Japa mekanis mugkin memerlukan waktu sedikit lebih banyak ketimbang apabila dilakukan dengan pengetahuan tetang makna mantra. Ada kekuatan tak tergambarkan atau acintya sakti dalam mantra. Bila kita mengucapakan mantra dengan konsentrasi kita akan mencapai kesadaran Tuhan. (Swami Sivananda. 1998 ). Menurut Agni Purana japa memilki definisi adalah sebagai berikut. Suku kata “Ja” menghancurkan siklus kelahiran dan kematian, sedangkan suku kata “Pa” menghancurkan segala dosa. Jadi yang menghancurkan segala dosa dan yang menghentikan siklus kelahiran dan kematian serta membebaskan sang roh dari ikatan adalah japa.

C.    Mantra dan atau Nama Suci Tuhan
Mantra merupakan sebuah kata atau kombinasi beberapa buah kata yang sangat ampuh, yang di dengar oleh seorang bijak dan yang dapat membawa seseorang yang mengucapakanya, melintasi lautan kelahiran kembali. Mantra adalah sebuah kekuatan kata yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan keinginan spiritual dan material, yang dapat dipergunakan demi kesejahteraan ataupun penghancuran diri seseorang. Mantra dan nama – nama Tuhan adalah satu kesatuan, hal ini harus dipandang sama atau tunggal dalam pelaksanaan yadnya, khusunya japa yadnya. Diantara bermacam – macam cara pengucapan mantra, pengulangan mantra secara mental dianggap sebagai yang tertinggi. Bhagavan manu menyatakan bahwa vacika japa 10 kali lebih bermanfaat daripada pelaksanaan upacara kurban. Upamsu japa 100 kali lebih baik, dan manasika japa 1000 kali lebih bermanfaat.
 OM adalah segalanya yang ada di alam semesta ini, alam semesta ini ada dan akan tiada karena OM. OM adalah nama suci Tuhan. Kata ini merupakan getaran kosmik, pada tingkat atom semua material adalah sama, tetapi benda – benda nampak berbeda di mata karena energi menghasilkan getaran dengan frekwensi berbeda pada berbagai titik. Setiap getaran ini akan mewujudkan suatu bentuk. Begitupula dengan pengucapan nama suci Tuhan, misalnya “Om Nama Sivaya” niscaya akan membentuk pewujudan siva. Dalam literatur veda ada berbagai nama – nama Tuhan. Ada seribu nama siva, seribu nama visnu, seribu nama parvati dll. Gunakan nama suci itu pada japa yadnya yang anda lakukan sesuai dengan karakteristik anda. Betapa banyak kenikmatan yang diberikan dengan pengulangan nama suci Tuhan, antara lain; mampu merubah karakter manusia, mampu merubah sifat asura menjadi sattvika, mampu melenyapkan dosa – dosa masa lalu. Keagungan nama Tuhan tidak dapat ditegakkan melalui akal kecerdasan, itu hanya dapat disadari dan dialami melalui bhakti. Nama suci Tuhan diucapakan dengan benar ataupun tidak, diketahui atau tidak, diperhatikan dengan seksama atau tidak pasti akan membawa akibat yang diinginkan. Kemanjuran nama suci Tuhan sangatlah luar biasa. Banyak literatur weda yang mengatakan hal tersebut, seperti sloka – sloka di bawah ini.


Nama cintamani krsnas caitanya rasa vigrahah
Purnah suddho nitya mukto bhinattvam nama naminoh
Secara rohani nama suci Krsna membahagiakan, ia menganugerahkan berkah spiritual sebab nama suci ini sumber segala kebahagiaan. (Padma Purana (sebagaimana dikutip dalam caitanya caritamrta Madhya lila 17.133))

Avasenapi yan namni kirtite sarva patakaih
Puman vimucyate sadyah simha trastair megair iva
Bila seseorang mengucapkan nama suci Tuhan sekalipun dalam keadaan tidak berdaya atau tanpa sengaja mengucapkanya, maka segala reaksi hidupnya yang berdosa akan terhapus, seperti halnya kalau sang singa mengaum keras, semua binatang kecil lari ketakutan. (Garuda Purana (sebagaimana dikutip dalam penjelasan atas sloka bhagavata purana 6.2.7))

Harer nama harer nama harer nama eva kevalam
Kalau nasty eva nasty eva nasty eva gatir anyata
Pada jaman kali, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain untuk mencapai kemajuan spiritual selain dari pada mengucapkan dan mengumandangkan nama suci, nama suci nama suci Sri Hari. (Brhan naradiya Purana 38.126)

D.    Manfaat japa
Japa menahan kekuatan aliran pikiran yang mengarah pada objek. Ia memaksa pikiran untuk bergerak menuju Tuhan, menuju pencapaian kebahagiaan abadi, yang akhirnya mencapai darsana Tuhan. Japa merubah substansi mental dari nafsu menuju kesucian, dari rajas menuju sattva yang dapat menenangkan dan memperkuat pikiran dan membuatnya introspektif. Ia menahaan kecenderungan luar serta melenyapkan segala jenis pemikiran buruk beserta kecenderunganya. Kekuatan sebuah nama suci Tuhan tidak perlu diragukan. Andaikata kita mengucapkan kata “kotoran” saat teman kita sedang makan, barangkali ia akan memuntahkan makananya. Bila kita memikirkan makanan lezat, lidah kita akan keluar air liur. Itu hanya kata – kata atau nama yang biasa, kemudian bagaimana halnya dengan kekuatan nama suci Tuhan??? Pemikiran dan pengucapan nama suci Tuhan menghasilakn pengaruh yang luar biasa dalam pikiran. Ia mentranformasi mental yaitu citta merubah samskara jahat dalam pikiran, merubah sifat – sifat asura atau bersifat setan dan membawa para bhakta berhadapan dengan Tuhan. Dalam Canakya Nitisastra, Japa akan menyelamatkan diri dari malapetaka.
Tak ada kemiskinan bila tekun
Tak ada petaka bila rajin berjapa
Tak ada perkelahian bila diam
Tak ada Bahaya bila hati-hati
(Bab III & II)

Ø  Manfaat Japa dilihat dari Tempat  
            a. Berjapa di rumah manfaatnya sebanyak  hitungan japa
            b. Berjapa di kandang sapi manfaatnya 100 x
            c. Berjapa di tepi sungai manfaatnya 100.000 x
d. Berjapa di depan Arca/patung, Gambar Tuhan, Samudra, Kuil/Pura, Tirtha Yatra manfaatnya tak terhingga
(Linga Purana oleh : Sad Guru Sant Kesavadas, 1991).

Ø  Manfaat Japa (Sri Svami Sivananda, 1998 : 23)
         Memurnikan hati & pikiran
         Menghancurkan Sadripu
         Memutus siklus kelahiran & kematian
         Membakar dosa & samskara
         Melenyapkan keterikatan
         Membangun kedamaian & kasih sayang
         Menyatukan Bhakta dengan Tuhan (moksa).
         Membangunkan kundalini
         Mendatangkan kebahagiaan abadi

Ø  Manfaat japa (Ngurah Heka, 2010 : 266)
Namasuci Tuhan membersihkan cermin hati sang bhakta, melindungi sang bhaka dari tenggelam dalam pengaruh kehidupan material dunia fana, memberikan karunia tertinggi yaitu cinta kasih (bhakti) kepada Tuhan, menganugerahkan pengetahuan spiritual, memperluas samudera kebahagiaan rohani, menjadi pondasi utama jalan kerohanian bhakti.

E.     Kesimpulan pengaruh japa terhadap transformasi nilai kebajikan
Kita semua tahu bahwa pikiran merupakan sesuatu yang luar biasa. Dari pikiran dan karena pikiran kekuatan itu muncul. Pengendalian pikiran sangatlah penting dalam melaksanakan Tri Kaya Parisudha. Semuanya berawal dari pikiran, dan bila kita sudah berpikir yang baik, akan secara otomatis kita akan berkata yang baik dan berbuat yang baik. Setiap hari kita memikirkan Tuhan, mengucapkan nama – nama Tuhan, niscaya kita akan bertemu dengan Tuhan dan tingkah laku sehari – hari akan bersifat ketuhanan (sattvika).
Nilai kebajikan tidak akan berarti bila masih dalam pikiran, nilai kebajikan tidak akan berarti bila masih dalam sikap, tetapi nilai kebajikan akan berarti bila sudah dilakukan. Mendengar nama suci Tuahn, berpikir tetang Tuhan, mengumandangkan nama – nama suci Tuhan, akan membawa kita kedalam sifat kedewataan. Bila perilaku kita sudah bersifat kedewataan niscaya hukum karma akan berputar. Siapapun yang berbuat baik ataupun buruk pasti akan menerima hasilnya kelak. Maka dari itu berjapalah untuk mendapatkan nilai – nilai kebajikan dari Tuhan.

Hal lebih dalam lagi tentang japa, belumlah saya ketahui. Saya hanya membacanya dan menulis kembali dengan harapan ada gunanya untuk kita ketahui. Dalam hal pengetahuan yang spiritual seperti ini, saya hanya seperti seekor burung Beo yang sudah pandai berbunyi 'selamat pagi... selamat pagi...' tapi sama sekali tidak mengerti apa artinya kata itu. Karena baik siang hari maupun malam, si Beo tetap bilang 'selamat pagi... selamat pagi...

Daftar pustaka

A.C. bhaktivedanta swami prabhupada. Bagawadgita menurut aslinya. Bhaktivedanta book trust Indonesia.1982
Puja gede, MA.SH. bhagawadgita pancama veda. Paramita Surabaya. 1999
Proyek pengadaan kitab suci hindu. Sarasamuccaya. hanuman sakti. 1993
A.C. bhaktivedanta swami prabhupada. Kesempurnaan yoga. Bhaktivedanta book trust Indonesia. 2009
Sri Swami Siwananda. Japa yoga. Paramita Surabaya. 1998
Ngurah heka wikana I Gusti. Merekontruksi hindu. Narayana smrti pers. 2011
Maswinara I wayan. Gayatri sadhana. Paramita Surabaya. 2004

Komentar

Postingan Populer